Sukarno pernah berkata tugasku
adalah labih mudah yaitu mengusir penjajahan belanda dari tanah air indonesia,
tugasmu menjadi sulit, yaitu menghadapi bangsa mu sendiri” bukan penjahan, penindasan atau koruptor yang
paling berbahaya sebenarnya, karena dalam keadaan sadar akan sangat mudah untuk
mendeteksi dan menghadapinya apalagi yang dimaksud adalah bukan dari bangsa
kita sendiri, mereka hanya bentuk istilah yang kita berikan terhadap
orang-orang yang mengambil dan merampas hak lain. yang paling berbahaya adalah kebodohan dan cara
berpikir masyarakat yang terkontaminasi oleh pengaruh kondisi keterpurukan yang
menimpa selama berabad-abad lamanya. sehingga memaksa masyarakat beranggapan
bahwa kebenaran dan kejujuran memang
tidak akan pernah ada di muka bumi ini. kondisi semacam ini membuat
keterpurukan kian menjadi-jadi,
masyarakat makin lama semakin kehilangan keberaniannya, untuk menyatakan benar
dan salahnya sebuah persoalan bahkan karena kondisi seperti ini terlah
menjerumus untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar sesungguhnya
kejujuran telah kehilang makna dalam
batin rakyat kita.
Kondisi seperti ini yang
tergambar di atas memang menunjukkan suasana degradasi moral besar-besaran
telah terjadi dalam tubuh bangsa ini dengan masiv. Apakah yang menyebabkan
semua ini, adalah pertanyaan yang wajib kita jawab bersama-sama tentunya....
marilah kita mencoba mengingat ingat kembali sebatas yang mampu kita ingat saja
lalu kita ralat satu demi satu
kejadian-kejadian yang mungkin berkaitan.mungkin kita dapat menemukan
satu-persatu dari banyaknya penyebab semua ini.
sistem politik
Entah apa yang selah denagan
berpolitik dinegeri ini, boro-boro menghasilkan pemimpin yanag membawa
kemajuan, ujung-ujungnya menyisahkan partikaian dan konflik anatara elit politik lainnya., bahkan antar
rakyat dengan rakyat jelata. Lalu bagaimana dengan sistem politik yang kita
akui dinegara ini yaitu domokrasi. Demokrasi
yang selalu di agung-agungkan bahkan demokrasi diakui sebagai sistem berpolitik
terbaik di seantero jagad raya ini. Dimana hukum demokrasi berbunyi bahwa suara
mayoritas adalah penentu segalanya, apakah ada yang salah dengan demokrasi
kita, ataukah justru kita yang salah dalam mengartikan demoktrasi itu
sendiri,dan atau jangan-jangan kita belum siap untuk berpolitik dan berdemokrasi.
Moral bangsa
Mengapa orang yang kita pilih selama
ini slalu saja sama,,,,,,,, MENGECEWAKAN, apakah kita masyarakat yang slalu
salah memilih, Atau janga-jangan partai politik yang justru salah menawarkan
dan mengusun orang yang di calonkan dalam partainya, ataupun memang seluruh
partai yang pernah ikut pemilu adalah partai asal-asalan saja/partai
abal-abalan.
Tidak ada yang salah atau yang
patu untuk dislahkan dalam hal ini, yang perlu kita pekirkan adalah solusi dari
segala persoalan yang sedang kita hadapi bersama ini. Lewat tulisan ini pulah
saya mencoba mengajak pembaca yang budiman untuk berpikir dan berbuat demi
kejayaan dan kemajuan masyarakat serta bangsa yang kita cintai ini,
pertanyaannya adalah dapatkah kita untuk mengakuinya secara jujur dan berani
kesalahan yang terjadi selama ini, seandainya para politisi berani dengan jujur mengakui segala kelebihan dan kekurangannya
dalam berpolitik, masyarakat pasti akan jujur dalam penilaian dan pilihannya
tanpa embel-embel apapun. Maka tidak akan ada upaya membeli suara ( many
politic) yang kini telah mengakar dalam kehidupan berpolitik bangsa indonesia karena yang melakukan many politic adalah
politisi yang tidak mampu mendapatkan kepercayaan rakyat ( politisi gadungan )
tidak akan ada pula politisi karbitan/politisi dadakan.
Mari kikta wujudkan demokrasi
tanpa many politic untuk mendapatlkan pemimpi bersih yang berani melawan
korupsi. (ay**)